Fungsi dan Jenis Sistem Perpipaan Yang Ada Di Kapal
Fungsi dan Jenis Sistem Perpipaan Yang Ada Di Kapal - Pipa banyak digunakan di beberapa industri karena fungsinya untuk menyalurkan fluida baik cair ataupun gas. Penggunaan pipa ini juga digunakan pada kapal yang berfungsi sebagai saluran untuk mensupplai bahan bakar, water ballast, fresh water, liquid cargo ke beberapa area yang membutuhkannya. (www.kapaldanlogistik.com)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai sistem perpipaan yang ada di kapal beserta fungsi dan ketentuannya.
Ketentuan Sistem Perpipaan di Kapal
Badan Klasifikasi Kapal telah menerbitkan aturan untuk desain dan fabrikasi perpipaan kapal. Aturan tersebut mempertimbangkan bagaimana pipa yang digunakan, fluida yang disalurkan, bahan material, pengelasan dan prosedur pengujian. Pipa kapal dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yang masing-masing memiliki persyaratan teknis yang berbeda yaitu:
- Pipa kelas I harus mematuhi aturan yang paling ketat. Jenis pipa Ini termasuk pipa bahan bakar minyak yang beroperasi di atas tekanan 16 bar atau di atas 150 °C, dan pipa uap (steam) yang beroperasi di atas tekanan 16 bar atau di mana suhunya melebihi 300 °C.
- Pipa Kelas II tunduk pada persyaratan aturan yang lebih moderat (menengah).
- Pipa kelas III memiliki persyaratan terendah. Jenis pipa ini termasuk pipa bahan bakar yang beroperasi pada atau di bawah tekanan 7 bar dan 60°C.
Jenis Material Pipa
Kebanyakan pipa terbuat dari baja ringan, namun pipa yang membawa bahan kimia berbahaya atau terutama cairan korosif biasanya dibuat dari baja tahan karat. Namun beberapa bahan kimia hanya dapat dibawa dalam tangki dan pipa kargo stainless steel. Beberapa pipa air laut kecil terbuat dari tembaga. Glass Reinforced Epoxy (GRE) sering digunakan untuk pipa ballast dan air laut. Pemipaan sanitasi dapat dibuat dari plastik, menggunakan sambungan las plastik. Penggunaan pipa plastik di tempat lain dalam suatu sistem dibatasi karena persyaratan untuk lulus uji standar untuk ketahanan api.
Ada tiga tingkat tes ketahanan api. Dalam setiap kasus, prosedurnya sama, perbedaannya adalah durasi pengujian dan keberadaan, atau sebaliknya, cairan di dalam pipa. Pada pengujian level 1, periode ketahanannya adalah satu jam dengan pipa kering. Itu adalah 30 menit dengan pipa kering di level 2 dan 30 menit dengan pipa basah di level 3. Lulus uji api level 1 adalah standar tertinggi: jika pipa plastik akan digunakan, peringkat tahan api dan klasifikasi masyarakat aturan persyaratan harus diperiksa terlebih dahulu.
Dimensi pipa
Diameter pipa yang diperlukan tergantung pada luas penampang minimum yang diperlukan untuk mengalirkan fluida dengan viskositas tertentu pada kecepatan tertentu. Ketebalan dinding pipa tergantung pada tekanan, suhu fluida yang disalurkan dan bahan konstruksi. Ketentuan Dimensi Pipa Secara Umum:
- Pipa yang beroperasi pada tekanan tinggi, seperti pipa hidrolik memiliki dinding yang lebih tebal, sedangkan
- pipa yang beroperasi pada tekanan rendah seperti pipa air balas dapat dirancang dengan ketebalan minimum berdasarkan klas.
- Pipa yang terhubung langsung dengan plat lambung kapal memiliki dinding yang lebih tebal.
- Pipa yang melewati tangki harus memiliki dinding yang lebih tebal.
- Selama perhitungan desain, penyisihan korosi diperhitungkan dalam ketebalan dinding. Penyisihan korosi ditambahkan ke ketebalan dinding pipa untuk memungkinkan kemungkinan korosi eksternal dan internal. Namun, ketebalan dinding yang dihitung tidak boleh kurang dari aturan ketebalan minimum.
Ketentuan Warna Pipa Di atas Kapal
Agar tidak membingungkan jalur pipa di atas kapal, maka identifikasi sistem pipa kapal terkadang perlu diberi pengecatan warna. Berikut ini adalah kode warna pipa yang biasa digunakan di kapal
Jenis Sistem Perpipaan Di Kapal
Terdapat beberapa sistem saluran pipa yang terdapat diatas kapal. Jenis-jenis pipa ini dibedakan berdasarkan fungsi dan kapasitasnya dalam menyalurkan air/fluida ke tempat yang dituju. Berikut adalah jenis sitem pipa dan fungsinya di kapal.
1. Perpipaan Pada Sistem Bilga
Fungsi dari Sistem Bilga adalah sebagai saluran drainase pada kapal. Pipa pada sistem bilga ini berfungsi untuk menyalurkan air dan endapan kotoran yang tertimbun dilambung kapal lebih tepatnya pada bilge well. Air pada sistem bilga ini dapat berasal dari sisa-sisa pencucian kapal, keringat kapal, bagian-bagian yang tidak kedap terhadap air, oli-oli di kamar mesin, dan kebocoran lainnya yang berasal dari pipa di kamar mesin.
Ketentuan Jalur Pipa Bilga
- Bilge suction (pengisapan bilga) biasanya terdapat pada kedua sisi kapal (port and starboard side).
- Pipa Bilga tidak boleh tembus ke tangki yang menyimpan lubricating oil, thermal oil, dan air minum.
- Jalur pipa bilga dan bilge suction diatur sedemikian rupa agar bilga pada kapal dapat tersedot kering dengan sempurna pada kondisi trim apapun.
- Untuk mencegah masuknya ballast dan air laut masuk ke dalam kapal melalui sistem bilga, maka diperlukan pelindung aliran balik pada sambungan bilga.
Diameter Pipa Bilga
Rumus Perhitungan Diameter Pipa Bilga menurut Peraturan BKI adalah sebagai berikut:
Keterangan:
- dH = Diameter Pipa Utama Bilga (mm)
- dZ = Diameter Pipa Cabang Bilga (mm)
- L = Panjang LPP Kapal (m)
- B = Lebar Kapal (m)
- H = Tinggi Kapal (m)
- l = Panjang Watertight Compartement (m)
2. Perpipaan Pada Sistem Sewage
Sistem sewage adalah sistem saluran untuk pembuangan kotoran yang berasal dari toilet. Sistem perpipaan sewage pada kapal ini berfungsi sebagai saluran buang/ discharge keluar. Sebelum dibuang keluar, kotoran ini disimpan pada sewage collecting tank dan harus melewati sistem sewage treatment plant. Fungsi dari sewage treatment plant ini adalah untuk mengolah kotoran yang dimaksud agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Kapal diatas 400 GT atau kapal dibawah 400 GT yang membawa 15 orang harus memasang alat sewage treatment plant ini.
Ketentuan Jalur Pipa Sewage
- Sebuah pipa untuk pembuangan limbah ke fasilitas penerimaan didarat harus diatur sedemikian rupa.
- Pipa harus dilengkapi dengan standard discharge connection
- Kapal yang menggunakan Sewage Treatment Plant dapat membuang sewage ke laut dengan minimal jarak 4 NM dari daratan. Namun jika kapal tidak menggunakan Sewage Treatment Plant maka pembuangan sewage ini minimal 12 NM dari daratan.
- Diameter pipa sewage tidak boleh kurang dari 100 mm dan dibuat sependek mungkin dengan sedikit belokan/siku
- Sedapat mungkin bahwa pipa sewage (kotoran) tidak melewati ruang akomodasi, provision room (gudang perbekalan), galley dan tangki air tawar.
- Pipa discharge sewage ini harus berada di garis muat air dan jika pipa buang terdapat dibawah garis air, maka harus dipasang dengan non-return valve sehingga air tidak masuk ke toilet yang berada di bawah garis air
3. Perpipaan Pada Sistem Air Domestik
Sistem Air Domestik pada kapal digunakan untuk menyuplai kebutuhan air minum, kebutuhan memasak di kapal. Air domestik ini disalurkan dari tanki fresh water menggunakan pompa untuk menuju hydrphore. Dari hydrophore ini kebutuhan domestic kapal untuk kebutuhan diatas deck, kemudian disalurkan.
Detail mengenai sistem fresh water dikapal dapat melihatnya >>> disini
Ketentuan Jalur Pipa Air Domestik
- Pipa air domestik ini ini dapat dibuat dari pipa galvani dengan diameter 50 mm untuk saluran induk dan 13 - 38 mm untuk saluran pipa cabang
- Seluruh sistem saluran air minum ini digunakan khusus keperluan air minum, kebutuhan akomodasi dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya
- Pipa saluran air minum tidak boleh dipasang melalui tangki yang tidak berisi air minum.
- Pipa-pipa sounding harus berakhir cukup tinggi di atas geladak.
4. Perpipaan Pada Sistem Ballast
Sistem ballast pada kapal berfungsi untuk mengatur stabilitas kapal. Sistem ballast ini menggunakan air laut yang dimasukan ke dalam kapal ketika kapal dalam keadaan kosong. Sedangkan ketika kapal dalam muatan penuh, air ballast yang telah dimasukkan ini kemudian dikeluarkan. Tangki ballast pada umumnya dapat ditempatkan pada fore peak tank, after peak tank, double bottom tank, dan side tank. Volume tangki ballast pada umumnya adalah 10-20% dari displacement sebuah kapal.
Dalam pengoperasiannya, Sistem Ballast ini memasukkan air laut ke dalam kapal kemudian mengeluarkannya. Hal ini membuat masuknya organisme-organisme yang ada di laut ikut masuk ke dalam kapal kemudian terbawa hingga kapal berlayar. Sehingga ini membuat terjadinya kerusakan ekosistem dan dapat merusak lingkungan laut. Maka dari itu perlu adanya Ballast Water Management yang mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Ketentuan Jalur Pipa Air Ballast
- Pipa air ballast tidak boleh melewati air minum, air umpan, minyak termal atau tangki minyak pelumas.
- Jika tangki air balas dapat digunakan secara khusus sebagai ruang kargo kering, tangki tersebut juga harus dihubungkan ke sistem bilga kapal.
- Jika pipa-pipa dialirkan melalui sekat tubrukan di bawah geladak lambung timbul, katup penutup harus dipasang langsung pada sekat tubrukan di dalam forepeak. (Katup dapat diatur secara remote)
- Hanya satu saluran pipa yang boleh dialirkan melalui sekat tubrukan di bawah geladak lambung timbul.
- Pengisap dalam tangki air balas harus diatur sedemikian rupa sehingga tangki dapat dikosongkan dalam semua kondisi praktis.
5. Perpipaan Pada Sistem Bahan Bakar
Sistem Bahan Bakar Kapal adalah suatu sistem berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar dari tangki penyimpanan hingga ke mesin induk/mesin bantu. Pipa sebagai saluran bahan bakar sangat penting kegunannya disini, karena akan membantu dalam proses sistem propulsi kapal.
Detail mengenai sistem bahan bakar kapal dapat melihatnya >>> disini
Ketentuan Jalur Pipa Bahan Bakar
- Pipa air ballast tidak boleh melewati air minum, air umpan, minyak termal atau tangki minyak pelumas.
- Jika tangki air balas dapat digunakan secara khusus sebagai ruang kargo kering, tangki tersebut juga harus dihubungkan ke sistem bilga kapal.
- Jika pipa-pipa dialirkan melalui sekat tubrukan di bawah geladak lambung timbul, katup penutup harus dipasang langsung pada sekat tubrukan di dalam forepeak. (Katup dapat diatur secara remote)
- Hanya satu saluran pipa yang boleh dialirkan melalui sekat tubrukan di bawah geladak lambung timbul.
- Pengisap dalam tangki air balas harus diatur sedemikian rupa sehingga tangki dapat dikosongkan dalam semua kondisi praktis.
6. Perpipaan Pada Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)
Sistem pemadam kebakaran menggunakan air laut untuk memadamkan api. Fire fighting pada kapal digunakan untuk memadamkan api yang bersifat dapat diamankan oleh air. Sistem pipa kebakaran di kapal ini dipusatkan pada suatu ruangan kapal dan pipa yang digunakan biasanya berjenis tembaga (copper) atau galvanis dengan diameter 50-150 mm tergantung dari ukuran kapal.
Baca juga >>> Cara Pencegahan Kebakaran di Atas Kapal
Ketentuan Jalur Pipa Pemadam Kebakaran
- Kapal penumpang 4000 GT dan lebih harus dilengkapi dengan setidaknya 3 pompa, dan kapal penumpang kurang dari 4000 GT dengan setidaknya 2 pompa kebakaran.
- Kapal kargo berukuran 500 GT atau lebih harus dilengkapi dengan setidaknya 2 pompa, dan kapal kargo berukuran kurang dari 500 GT dengan setidaknya 1 pompa kebakaran.
- Setiap pompa kebakaran harus mampu memasok air yang cukup untuk setidaknya dua nozel yang digunakan di atas kapal.
- Pompa kebakaran darurat harus mampu memberikan setidaknya 40% dari total kapasitas yang ditentukan untuk pompa kebakaran utama, tetapi bagaimanapun juga, tidak kurang dari 25 m3/jam untuk kapal penumpang kurang dari 1000 GT dan untuk kapal kargo dengan 2000 GT atau lebih, dan dalam hal apapun tidak kurang dari 15 m3/jam untuk kapal barang dengan berat kurang dari 2000 GT.
- Kapal dengan ukuran 500 GT atau lebih harus dilengkapi dengan setidaknya satu konektor yang melaluinya air dapat dipompa dari pantai ke saluran pemadam kebakaran kapal.
- Selang pemadam kebakaran harus memiliki panjang setidaknya 10 m, tetapi tidak lebih dari: 15 m di ruang mesin, 20 m di ruang lain dan dek terbuka, 25 m untuk geladak terbuka pada kapal dengan lebar maksimum lebih dari 30 m
8. Pipa Duga (Sounding Pipe)
Pipa sounding berfungsi untuk melihat kondisi dalam tangki dan mengukur jumlah muatan yang berada di dalam tangki. Pipa duga yang membawa muatan cair yang mudah menguap harus dilengkapi dengan valve. Hal ini untuk menjaga kenaikan permukaan zat cair pada pipa penduga.
Baca Juga >>> Apa itu Bunker Fuel Oil ? Begini Cara Proses Bunkering BBM Kapal
Ketentuan Pemasangan Pipa Sounding (Sounding Pipe)
- Pipa sounding harus disediakan untuk tangki, cofferdam dan ruang kosong dengan sambungan lambung kapal dan untuk lambung kapal dan sumur lambung kapal di ruang yang tidak dapat diakses setiap saat.
- Sedapat mungkin pipa-pipa penduga harus diluruskan dan direntangkan sedekat mungkin ke bawah.
- Pipa-pipa sounding yang berakhir di bawah load waterline terdalam harus dilengkapi dengan alat-alat penutup yang dapat menutup sendiri. Pipa sounding seperti itu hanya diperbolehkan di ruang yang dapat diakses setiap saat.
- Pipa sounding tangki harus disediakan dekat bagian atas tangki dengan lubang untuk menyamakan tekanan.
- Di ruang kargo, pipa sounding harus dipasang ke setiap bilga kapal.
- Pipa sounding yang melewati ruang kargo harus diletakkan di ruang terlindung atau harus dilindungi dari kerusakan.
9. Pipa Udara (Air Pipe)
Pipa udara (Air pipe) dipasang pada semua tangki untuk menyalurkan udara apabila tangki tersebut diisi. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya kenaikan tekanan. Biasanya pipa udara ini dibuat dari pipa galvani dan dipasang sepanjang sisi kapal dan sekat kapal.
Baca Juga >>> Penjelasan Sistem Ventilasi di Kapal (Ventilation System)
Ketentuan Pemasangan Pipa Udara (Air Pipe)
- Pipa udara dipasang sepanjang sisi kapal pada masing-masing tangki dan double bottom yang menampung zat cair dan lokasinya berhadapan dengan pipa pengisi (filling pipes)
- Pipa udara berakhir pada dek terbuka
- Pipa udara harus diletakkan secara vertikal
- Pipa udara yang melewati ruang kargo harus diberi perlindungan
- Pipa udara yang berakhir di atas geladak terbuka harus dipasang dengan kepala pipa udara yang disetujui tipenya.
Post a Comment for "Fungsi dan Jenis Sistem Perpipaan Yang Ada Di Kapal"