Risk Assesment (Penilaian Risiko) pada Kapal
(www.kapaldanlogistik.com) Risk Assesment (Penilaian Risiko) pada Kapal - Setelah kita membahas mengenai Keselamatan Personil (ABK) diatas Kapal, dalam hal operasional kapal harus terdapat penilaian terhadap risiko dan bahaya yang dapat terjadi. Pengoperasionalan kapal merupakan hal yang memiliki resiko dan bahaya yang besar. 60% hingga 80% kecelakaan terjadi diatas kapal terjadi karena kesalahan manusia. Setiap kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia tersebut dapat dicegah. Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menganalisis risiko yang terlibat sebelum melakukan tugas. Analisis risiko ini dapat dilakukan dengan penilaian risiko (risk assesment) dan manajemen risiko (risk management). Risk assesment (penilaian risiko) dan manajemen risiko bertujuan untuk memastikan keselamatan pada kapal, crew kapal (ABK) dan lingkungan.
1. Risiko terhadap kapal
Risiko terhadap kapal adalah kemungkinan yang akan menyebabkan kerusakan pada kapal dan peralatannya. Contoh risiko tersebut antara lain adalah:
- Grounding
- Tabrakan
- Kebocoran
- Kerusakan kargo karena kontaminasi
- Kerusakan kargo karena pengamanan atau pengikatan yang tidak tepat
- Kerusakan pada peralatan dan perlengkapan kapal
- Kebakaran kapal
2. Risiko terhadap crew kapal
Risiko terhadap crew kapal adalah kemungkinan yang akan membahayakan atau memengaruhi kesehatan seseorang. Meskipun risiko tidak berarti bahwa sesuatu pasti akan terjadi, namun masih terdapat kemungkinan terjadi. Oleh karena itu risiko atau bahaya harus dimitigasi untuk memastikannya benar-benar dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang 'aman'. Beberapa contoh risiko terhadap Crew kapal antara lain:
- Tergelincir dan Terjatuh
- Bersentuhan dengan cairan berbahaya
- Kebisingan yang berlebihan
- Kehabisan oksigen pada ruang terbatas
3. Risiko terhadap lingkungan
Risiko terhadap lingkungan biasanya mengarah pada pelanggaran Konvensi Internasional untuk Pencegahan Pencemaran dari Kapal (MARPOL) yang sebagai akibatnya dapat menyebabkan hukuman dan denda. Risiko tersebut antara lain:
- Pencemaran minyak akibat kebocoran tangki muatan
- Pencemaran akibat membuang sampah ke laut
- Pencemaran udara akibat penggunaan bahan bakar dan mesin yang tidak sesuai
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai risk assesment, alangkah lebih baiknya kita mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bahaya dan risiko itu sendiri. Secara sederhana bahaya dan risiko dapat diartikan sebagai berikut:
- Bahaya: Segala sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan atau kerugian. Contohnya adalah Getaran Mesin, Api, Tumpahan minyak/oli dan lain sebagainya.
- Risiko: Tingkat kemungkinan/potensi yang dapat ditimbulkan akibat bahaya yang ada. Contohnya adalah terjatuh, tergelincir, cidera, luka bakar dan lain sebagainya.
Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Penilaian Risiko (Risk Assesment) adalah langkah mendasar yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan kemudian mengusulkan prosedur yang dapat menghilangkan ataupun mengurangi risiko tersebut. Risk Assesment akan memastikan analisis yang tepat terhadap kemungkinan dan konsekuensi potensial dari setiap risiko dan bahaya yang teridentifikasi. Langkah mitigasi atau tindakan pencegahan yang ditentukan dalam fase penilaian risiko harus kemudian diterapkan di atas kapal. Risk assesment dilakukan dengan menetapkan:
- Identifikasi Bahaya yang terjadi
- Analisis Risiko
- Evaluasi Risiko
- Pengendalian Risiko
Penilaian risiko dilakukan secara efektif apabila:
- Identifikasi semua bahaya dengan benar dan akurat.
- Identifikasi siapa yang mungkin dirugikan dan bagaimana caranya.
- Tentukan kemungkinan timbulnya kerugian.
- Mengukur tingkat keparahan kerusakan/ kerugian.
- Identifikasi dan abaikan risiko yang tidak penting.
- Catat temuan yang signifikan.
- Memberikan dasar untuk menerapkan atau meningkatkan tindakan pengendalian.
- Memberikan dasar untuk meninjau dan memperbarui secara teratur.
1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat sekeliling tempat kerja dan mengidentifikasi area potensial yang dapat menyebabkan bahaya, dengan kata lain mengidentifikasi “bahaya”. Ada berbagai metode untuk mengidentifikasi bahaya dan hal-hal berikut harus dipertimbangkan:
- Praktek kerja yang aman/tidak aman di lokasi kerja.
- Bagaimana orang bekerja.
- Peralatan yang digunakan.
- Kebersihan dan Kerapihan di lokasi kerja.
2. Analisis Risiko
Setelah bahaya diidentifikasi, penilaian risiko harus mempertimbangkan seberapa besar kemungkinan seseorang dapat dirugikan dan seberapa serius bahaya tersebut. Hal ini dapat disebut dengan dampak. Penilaian risiko dapat dipengaruhi oleh usia, pengalaman atau tugas yang dilakukan crew kapal.
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko dilakukan untuk mengevaluasi langkah-langkah yang sudah ada. Catatan tertulis diperlukan untuk mencantumkan temuan utama dari penilaian risiko. Catatan ini harus mencakup rincian bahaya yang dicatat dalam penilaian risiko, dan tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
Catatan ini akan memberikan bukti bahwa penilaian telah dilakukan dan akan digunakan sebagai dasar untuk peninjauan praktik kerja di kemudian hari. Penilaian risiko adalah dokumen kerja.
Catatan tersebut juga harus ditinjau ulang untuk mengevaluasi apakah tindakan pengendalian berhasil dan juga jika ada perubahan yang terjadi di tempat kerja yang dapat mempengaruhi efisiensi penilaian risiko.
4. Pengendalian Risiko
Jika dirasa masih belum cukup untuk mengendalikan risiko, maka pengendalian risiko akan dimulai. Pada titik ini, tindakan pengendalian tambahan akan diterapkan. Dalam keadaan seperti itu, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:
- Mendesain ulang pekerjaan.
- Mengganti peralatan atau proses.
- Mengurangi eksposur.
- Mengidentifikasi dan menerapkan tindakan lain untuk meningkatkan keselamatan.
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tambahan.
Ada 2 faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk mengendalikan risiko:
- Bisakah kita menghilangkan semua bahaya?
- Dapatkah menerapkan kontrol tambahan mengurangi risiko menjadi tidak mungkin?
Dalam beberapa kasus, penghapusan penuh risiko tidak dapat dicapai. Namun, sangat penting bagi siapa pun yang melakukan penilaian risiko untuk melindungi pekerja dari bahaya dan oleh karena itu membuat risiko “serendah mungkin”.
Diatas telah dijelaskan bagaimana cara melakukan risk assesment (penilaian risiko) mulai dari tahap identifikasi sampai dengan pengendalian risiko itu sendiri. namun disisi lain, penilaian risiko dapat dilakukan dengan metode informal yang dapat dilakukan dalam melakukan pekerjaan harian diatas kapal yaitu dengan menggunakan metode "Take Five Program". Take Five Program ini dilakukan dengan 5 langkah yaitu:
Langkah 1 - Berhenti
Sebelum melanjutkan dengan tugas, tanyakan pada diri Anda dengan serangkaian pertanyaan, seperti "Apakah saya pernah melakukan ini sebelumnya?" atau "Apakah kondisi atau lokasi berubah?".
Langkah 2 - Pikirkan
Visualisasikan tugas yang Anda rencanakan dan tanyakan pada diri sendiri pertanyaan seperti "Apa yang salah?" dan "Bisakah saya terluka?".
Langkah 3 - Identifikasi
Lihatlah di sekitar area kerja Anda dan identifikasi bahaya yang signifikan.
Langkah 4 - Rencana
Ambil tindakan pencegahan yang tepat untuk melindungi diri Anda dari bahaya yang Anda identifikasi. Gunakan alat, perlengkapan, APD, dan bantuan yang tepat yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas dengan aman.
Langkah 5 - Lanjutkan
Lanjutkan dengan hati-hati setelah Anda menyelesaikan Langkah 1 hingga 4.
Cara menilai sebuah risiko
Keterangan:
- Risiko tinggi (Unacceptable): memerlukan tindakan segera untuk mengendalikan bahaya. Tindakan yang diambil harus didokumentasikan pada penilaian risiko, termasuk tanggal penyelesaian.
- Risiko sedang (Must be reduced): memerlukan pendekatan terencana untuk mengendalikan bahaya dan menerapkan tindakan sementara, jika diperlukan. Tindakan yang diambil harus didokumentasikan pada penilaian risiko, termasuk tanggal penyelesaian.
- Risiko rendah (Tolerable): dapat dianggap dapat diterima dan pengurangan lebih lanjut mungkin tidak dianggap perlu. Namun, jika risiko dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien, tindakan pengendalian harus diterapkan dan dicatat.
Sistem Manajemen Keselamatan
Sistem Manajemen Keselamatan (SMS) merupakan hal penting yang harus ada di dalam suatu perusahaan pelayaran. Sistem Manajemen Keselamatan ini disyaratkan pada aturan ISM Code dan wajib diterapkan diatas kapal. Sangat penting untuk dicatat, bahwa Kode ISM tidak menentukan pendekatan apa pun untuk pengelolaan risiko dan oleh karena itu terserah kepada perusahaan untuk memilih metode yang sesuai tergantung pada struktur organisasinya dan kapalnya. Seluruh latihan harus didokumentasikan untuk memberikan bukti dari proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan akan didasarkan pada elemen-elemen berikut:
- Siapa yang mungkin dirugikan dan bagaimana.
- Apa tindakan pengendalian yang ada.
- Tindakan tambahan apa yang perlu Anda ambil untuk mengendalikan risiko.
- Siapa yang harus melakukan tindakan ini ketika tindakan itu diperlukan.
Untuk membantu pelaut dalam mengurangi risiko, perusahaan menyediakan daftar periksa (checklist) dan prosedur yang harus diikuti untuk memastikan keselamatan. Selain itu, setiap anggota kru dilatih dengan benar dan memiliki pengetahuan tentang kebijakan perusahaan dan prosedur yang diterapkan di atas kapal. Untuk memastikan bahwa daftar periksa dan prosedur tersebut masih berlaku dan mutakhir, perusahaan akan memantau kegiatan dan mendorong crew kapal untuk melaporkan setiap kejadian nyaris celaka dan insiden yang terjadi di atas kapal. Kecelakaan, insiden, dan nyaris celaka, kemudian akan ditinjau dan prosedurnya akan diperbarui sesuai kebutuhan.
Selain itu, belajar dari kesalahan merupakan salah satu cara terbaik untuk terus meningkatkan sistem manajemen keselamatan (SMS) perusahaan karena melibatkan masalah nyata yang ada di lapangan. Ketika dimasukkan ke dalam pekerjaan sehari-hari di atas kapal, pelajaran yang didapat dari situasi nyata dapat mencegah kecelakaan terjadi lagi dengan cara yang sama. Setiap kali kecelakaan terjadi, melakukan Root Cause Analysis (RCA) secara menyeluruh akan dapat mengungkapkan apa yang menyebabkan kecelakaan dan bagaimana hal itu dapat dihindari di masa depan. Kecelakaan yang terjadi di atas kapal harus dilaporkan dan setelah dilaporkan, kecelakaan dianalisis, dan perbaikan dilakukan. Formulir khusus harus disimpan di kapal untuk tujuan tersebut.
Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal harus dapat menilai risiko yang terjadi pada beberapa pengoperasian dan kegiatan yang terjadi diatas kapal yang diantaranya adalah sebagai berikut:
- Penilaian Risiko untuk pekerjaan di ruang tertutup.
- Penilaian Risiko untuk penggunaan peralatan dan mesin.
- Penilaian Risiko untuk bekerja di atas dan di bawah dek dalam cuaca buruk.
- Penilaian Risiko untuk bekerja di ketinggian.
- Penilaian Risiko untuk penanganan kargo berbahaya.
- Penilaian Risiko untuk paparan bahaya dari biologis atau bahan kimia.
Post a Comment for "Risk Assesment (Penilaian Risiko) pada Kapal"